Tangsel, Pemerintah Kota Tangerang Selatan memberi tanggapannya ihwal Bandar Udara (Bandara) Pondok Cabe yang kini mulai melayani jadwal penerbangan komersial.
Tanggapan itu dilontarkan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tangsel, Bambang Noertjahjo saat diwawancarai awak media, Jumat (5/8/2022) lalu.
Bambang Noertjahjo mengatakan bahwa lantaran letaknya berada di wilayahnya, maka ada beberapa hal yang turut dipikirkan dan diperhatikan oleh Pemkot Tangsel. Terutama adalah dampak yang bakal muncul setelah jadwal penerbangan komersial itu berjalan, baik positif ataupun negatif.
"Karena kebetulan Bandara ini ada di wilayah kita, pasti akan dampak, baik positif ataupun negatif yang perlu ditangani bersama-sama maka akan jauh lebih elok, jauh lebih manfaat. Kalau memang ada bentuk kerjasama antara pihak bandara dengan kami, " ujar Bambang, dikutip pada Minggu (7/8/2022).
Atas dasar itulah, Bambang memandang bahwa koordinasi merupakan langkah yang sangat penting dan harus dilakukan.
"Tapi karena ini kaitannya dengan operasionalnya ada di pihak Bandara Pondok Cabe, jadi selayaknya memang pihak Bandara yang bisa mengajak kita untuk duduk bersama mempersiapkan segala apapun dari dampak-dampak yang akan ditimbulkan dari operasionalnya Bandara Pondok Cabe, " imbuhnya.
Namun sejauh ini, lanjut Bambang, belum ada bentuk koordinasi yang dilakukan antara kedua pihak.
Baca juga:
Rudi Rombak Bengkong Makin Memesona
|
"Tidak ada bentuk koordinasi formal atau informal dari pihak Bandara Pondok Cabe kepada Pemkot Tangsel. Saya sudah koordinasi baik ke dinas maupun ke pimpinan sampai saat ini belum ada bentuk apapun yang bisa kita anggap sebagai bagian dari koordinasi antara pihak Bandara dengan kami. Sampai saat ini engga ada koordinasi, kalau tahu ya tahu dari berita saja, " ungkap Bambang.
Kendati demikian, Bambang menganggap bahwa Bendara Pondok Cabe sudah menyelesaikan persoalan tentang perizinan terlebih dahulu.
Sebab, lanjut dia, Bandara yang berada di wilayah Pamulang ini sudah ada sebelum Pemkot Tangsel berdiri. Namun tetap, ada beberapa hal yang seharusnya dibicarakan bersama dalam rangka analisa.
"Jadi kita menganggap perizinannya dipenuhi terdahulu. Kita tidak dalam rangka melakukan kroscek yang lebih dalam meskipun ada beberapa hal yang saat ini kita ketahui sebaiknya ditunjukan kepada kita, begitu analisa dampak lalu lintasnya dan sebagainya, " tuturnya.
"Tapi sekali lagi, kita karena sama-sama bagaimanapun juga mereka adalah bagian dari pemerintah secara umum seharusnya. Justru karena sama-sama pemerintah lebih mudah untuk melakukan koordinasi, karena kita tidak ingin nanti ya negatifnya kita kerena tidak tahu jadi tidak meng-handle sama-sama, " sambungnya.
Bambang menyatakan, tingkat kemacetan merupakan salah faktor yang perlu dianalisa lebih lanjut sebagai dampak dari operasionalnya Bandara dalam melayani penerbangan komersial.
"Gambaran logisnya kita juga sudah memprediksi kira-kira akan ada kendala apa nanti, karena di situasi tidak operasional pun kita tahu ada kondisi tadi, macet, dan sebagainya, " tegasnya.
Meski permasalahan itu tak dapat diselesaikan oleh pihak Pemkot seutuhnya, namun tetap koordinasi menjadi hal yang begitu penting.
"Apalagi tidak melakukan komunikasi dan koordinasi. Pasti sudah dapat kita bayangkan, kekhawatiran kita itu terealisasi atau tidaknya tingkat probabilitasnya justru akan jauh lebih besar. Kalau ditanya menyayangkan, ya bagimanapun kami yang ada di wilayah yang pasti akan ditanya dan ini akan menjadi kesulitan kita manakala kita menjawab dan memberikan solusi kalau kita sendiri tidak terakses apapun oleh mereka, " tuturnya.
Bambang mengatakan, pihaknya pun akan mendiskusikan hal ini lebih lanjut.
"Dengan Wali Kota, dengan OPD teknis. Hanya kalau ditanya per hari ini, memang kita belum pernah mendapatkan ajakan untuk duduk bersama ataupun kita mengambil langkah inisiasi untuk komunikasi dengan pihak mereka. Kita belum melakukan itu, " tandasnya.
Seperti diketahui, penerbangan komersial di Bandara Pondok Cabe mulai beroperasi sejak Jumat (5/8/2022).
Penerbangan komersial ini, akan melayani rute Jakarta-Cepu/Blora dan Jakarta-Purbalingga. (Hendi)